Kamis, 25 September 2014

Laporan Praktikum Oseanografi






 


ACARA I
IDENTIFIKASI WILAYAH KEPESISIRAN
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi keruangan wilayah kepesisiran.
b.    Mahasiswa mapu mengenali bentang lahan diwilayah kepesisiran.
c.    Mahasiswa mampu menentukan tipologi wilayah kepesisiran.
II.      Alat dan Bahan
a.    Peta Rupa Bumi
b.    Spidol
c.    Plastik transparansi
d.   GPS
e.    Kertas
f.     Kompas
g.    Alat tulis menulis\
III.   Prosedur Kerja
a.    Mengidentifikasi keruangan wilayah kepesisiran. Menentukan wilayah daratan, lautan, pesisir, , garis pantai , dan garis pesisir.
b.    Menentukan satuan bentuk lahan yang terdapat pada lokasi praktikum dan mengidentifikasi bentuk lahan yang ada ( Tombolo,Spit, dan lain-lain).
c.    Menentukan tipologi pesisir dilokasi praktikum.Mengklasifikasikan wilayah berdasarkan pesisir primer, pesisir sekunder, materi penyusun dan sudut lereng pantai.
IV.   Kajian Teori
Wilayah kepesisiran merupakan suatu ruang dimana lingkungan terestrial mempengaruhi lingkungan marina tau lakustrin dan sebaliknya ( Carter, 1998 ). Menurut Sugandhy ( 1996 ) wilayah kepesisiran merupakan wilayah peralihan daratan dan perairan laut yang secara fisiografis didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga kearah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang materinya berupa krikil.
Termasuk wilayah kepesisiran adalah pantai ( shore ) dan pesisir ( coast ) pantai merupakan suatu mintakat antara daratan dan laut yang dibatasi oleh ratat-rata garis surut terendah, yang disebut dengan garis pantai ( shoreline ) dengan rata-rata garis pasang tertinggi airb laut, yang disebut dengan garis pesisir ( coast line ). Pesisir merupakan suatu mintakat yang dimulai dari garis pesisir yang menunjukan rata-rata garis tertinggi kearah daratan sampai pada suatu mintakat yang secara genetik pembentuknya masih dipengaruhi oleh aktivitas marine, yang biasanya bentang lahan terakhi berupa daratan aluvial kepesisiran ( coastral alluvial plain ). Bentuk lahan ( landform ) yang mungkin dijumpai diwilayah yaitu satuan bentuk lahan asal proses gelombang ( marine ) dan satuan bentuk lahan asal proses angin.
V.      Hasil dan Pembahasan
a.    Hasil pengamatan identifikasi wilayah kepesisiran
Waktu                  : 11.25 wita
Titik pengukuran  : 9,30 meter
Hari /tanggal        : Selasa, 24 Desember 2013
Koordinat             : N 00028’41,9’’
                             S 123005’27,0’’
Ketinggian           : 3 mdpl
Bentuk lahan        : Asal marine
Materi penyusun  : Aktivitas marine
Sudut lereng         : Curam
b.    Pembahsan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 1 yaitu mengenai indentifikai daerah kepesisiran. Pada praktikum ini kami mulai pada jam 11.25 wita yaitu dengan titik pengukuran 9,30 meter. Sedangkan untuk koordinat pantainya kami dapatkan denagn arah N 00028’41,9’’dan S 123005’27,0’’dengan titik ketinggian 3 mdpl. Selain itu asal pembentukan pantainya yaitu dari sal marine, dan materi penyusun terbentuknya pantai tersebut adalah akvitas marine. Sedangkan untul sudut lereng yang terdapat disekitar pantai tersebut sangat curam.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat simpulkan bahwa daerah pesisir pantai tersebut terbentuk dari aktivitas marine dan bentuk lahan pantai tersebut merupakan bentuk lahan marine. Pada pantai tersebut memiliki sudut lereng yang sangat curam.




























ACARA II
SUHU/TEMPERATUR
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mapu mengukur suhu air laut.
II.      Alat dan Bahan
a.    Termometer
b.    Stopwatch
c.    Alat tulis menulis
III.   Prosedur Kerja
a.    Mengukur suhu air laut dengan menggunakan termometer
b.    Pengukuran dilakukan setiap 15 menit
c.    Pengukuran dilkaukan pada permukaan dan bawah permukaan air laut.
d.   Mencatat pada lembar kerja.
IV.   Kajian Teori
Suhu air laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme lautan, maupun perkembangan biakan dari organisme-organisme tersebut.oleh karena itutidaklah mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam, jenis hewan yang terdapat diberbagai tepat didunia. Sebagai contoh binatang karang dimanan penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat didaerah tropik dan subtropik (Hutabarat,2008).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).


V.      Hasil dan Pembahasan
a.    Hasil Pengamatan
1.    Menggunakan Termometer Laser untuk suhu air laut
a.    Waktu : 11.04
Suhu   : 31,60c
b.    Waktu : 12.02
Suhu   : 320c
c.    Waktu : 13.14
Suhu   : 32,20c
b.   Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 2 yaitu mengenai suhu atau temperature air laut. Pada pengukuran suhu pertama pada permukaan air laut, dengan menggunakan bantuan alat termometer lazer terlihat bahwa suhu air laut diatas permukaan pada jam 11.04 wita suhunya mencapai 31,6 derajat celsius. Kemudian pada jam 12.02 wita suhu air laut diatas permukaan mencapai 32 derajat celcius. Sedangkan pada jam 13.14 wita suhu air laut diatas permukaan mencapai 32,2 derajat celcius. Jadi setiap waktu suhu air laut mengalami perubahan suhu yang berbeda-beda atau menetap.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa suhu air laut diatas permukaan mengalami perbedaan suhu yang berbeda pada waktu berbeda pula.









ACARA III
ARUS
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mampu mengukur kecepatan arus air laut.
II.      Alat dan Bahan
a.    Float Tracking
b.    GPS
c.    Topdal
d.   Stopwatch
e.    Anemometer
f.     Rool meter
III.   Prosedur Kerja
a.    Mempersiapkan alatbFloat Tracking
b.    Melepaskan alat Float Tracking kelauk dengan jarak 15 meter dari pinggir pantai
c.    Mencatat posisi waktu pelepasan dengan GPS. Membiarkan Float Tracking hanyut mengikuti arus. Setelah rentang waktu 5 menit , mencatat kembali posisi float tracking dengan GPS.
d.   Mencatat semua kondisi local seperti cuaca ( hujan,cerah) dan kondisi banjir, noraml atau musim kemarau, laut dalam kondisi pasang surut.
e.    Bilamana terjadi floating tracking berhenti karean pembebanan mengenai dasar laut. Maka float tracking dapt dipindahkan kembali keposisi pencatatan terakhir. Kemudian float tracking dilepas kembali.
f.     Demikian seterusnya hingga float tracking berhenti.
g.    Mencatat hasil pengamatan
IV.   Kajian Teori
Arus adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Arus dipermukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedangkan untuk arus dikedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut . selain itu, arus dipermukaan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus alaut dapat terjadi disamudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents ), maupun yang terjadi diperairan pesisir ( coastal currents ).
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (ilmukelautan, 2012).
Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut. Adanya perbedaan suhu masa air dan terjadinya pembuyaran arus permukaan (divergensi) menyebabkan terjadinya upwelling dan sebaliknya, convergensi atau pemusatan arus permukaan menyebabkan terjadinya downwelling atau bisa dikatakan tenggelamnya masa air permukaan (Nybakken,  1992).
V.      Hasil dan Pembahasan
a.    Hasil pengamatan pengukuran arus laut
1.    Bola 1
Arah   : Timur
Waktu : 4 menit 40 detik
Jarak   : 15 meter
2.    Bola 2
Arah   : Timur
Waktu : 5 menit 37 detik
Jarak   : 15 meter
3.    Bola 3
Arah   : Timur
Waktu : 7 menit 17 detik
Jarak   : 15 meter
4.      Pengukuran kecepatan angin
a.    Waktu : 11.40
Kecepatan angin maksimal : 7,2 mph dalam waktu 15 detik
Kecepatan angin minimal   : 4,0 mph dalam waktu 15 detik
b.    Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan pada praktikum acara 3 yaitu mengenai arus laut. Pada percobaan pertama menggunakan bola 1 kecepatan arusnya mencapai 4 menit 40 detik dengan jarak mulai pelemparan bola yaitu 15 meter ,serta arah kecepatannya arus menuju arah timur. Kemudian pada percobaan kedua dengan menggunakan bola 2 kecepatan arusnya mencapai 5 menit 37 detik, dengan jarak pelembaran bola yitu 15 meter, serta arah kecepatannya menuju arah timur. Sedangkan untuk percobaan 3 dengan menggunakan bola 3 kecepatan arus lautnya mencapai 7 menit 17 detik , dengan jarak pelemparan bola 15 meter , serta arah kecepatannya mencapai rah timur. Kemudian pada pengukuran arah kecepatan angin pada jam 11.40 wita kecepatan maksimal anginnya mencapai 7,2 mph dan kecepatan minimumnya mencapai 4,0 dalam waktu 15 detik. Jadi kecepatan arus laut yang dibantu dengan angin sangat cepat sekali dan mengalami perubahan kecepatan yang berbeda-beda.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan arus laut yang dibantu oleh angin mengalami kecepatan yang berbeda-beda. Dilihat pada beberapa percobaan yang dilakukan , ternyata kevcepatan arusnya setiap kali percobaan mengalami kecepatan arus yang berbeeda beda tidak menetap.







ACARA IV
GELOMBANG
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mampu mengukur gelombang ( tinggi gelombang, panjang gelombang, periode gelombang ).
II.      Alat dan Bahan
a.    Alat pertukangan (palu, kayu)
b.    Bambu seperlunya
c.    Karung beras plastik
d.   Kompas dan Stopwatch
III.   Prosedur Kerja
a.    Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Wave Pole, yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm, dan tebal 3 cm yang berskalab tiap 20 cm.
b.    Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah
c.    Perhitungan periode gelombang dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
d.   Mencatat waktu gelombang
IV.   Kajian Teori
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin diatas lautan mentransfer energinya keperairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang /ombak yang terjadi dilautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin ), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari ( gelombang pasang surut ), gempa (vulkanik atau tektonik ) didasar laut ( gelombang tsunami ), ataupun gelompang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut ( pasut ). Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada banguna-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai ( cross-shore ) dan sejajar pantai ( longshore). Pada perencanaan teknis bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari angin ke permukaan laut atau disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang merambat ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang dapat mencapai ribuan kilometer sampai mencapai pantai. Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan dan akan memusat jika mendekati semenanjung atau menyebar jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada gelombang  disebabkan oleh topografi dasar laut (Nybakken, 1992).
V.  Hasil dan Pembahasan
a.    Hasil Pengamatan pengukuran gelombang
1.    Pengukuran 1
Gelombang
Puncak
Lembah
Waktu
1
40
27
4,27 sekon
2
60
35
6,59 sekon
3
50
30
6,29 sekon
Tabel 1. Pengukuran gelombang 1.
Kecepatan angin 0,6 mph (spoi)
Arah angin utara
Pasang tertinggi 16 m



2.      Pengukuran 2
Gelombang
Puncak
Lembah
Waktu
1
60
40
6,82 sekon
2
50
38
4,11 sekon
3
60
45
3,98 sekon
Tabel 2. Pengukuran gelombang 2.
Kecepatan angin 4,7 mph (lemah)
Arah angin utara
Pasang tertinggi 18 m
3.      Pengukuran gelombang 3
Gelombang
Puncak
Lembah
Waktu
1
40
30
5,95 sekon
2
50
35
5,43 sekon
3
40
35
4,62 sekon
Tabel 3. Pengukuran gelombang 3.
Kecepatan angin 1,3 mph (sangat lemah)
Arah angin utara
Pasang tertinggi 18,20 m
b.    Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 4 yaitu mengenai gelombang air laut. Pada pengukuran pertama dilkakukan pada jam 11.14 wita dengan jarak pengukuran 10 meter dari permukaan air laut. Pda pengukuran pertama dengan gelombang pertama yaitu dengan puncak gelombang mencapai 40, dan lembanhnya mencapai 27 dengan waktu 4,27 sekaon. Kemudian untuk gelombang kedua dengan puncak gelombangnya mencapai 60 dan lembah gelombangnya mencapai 35, dengan waktu 6, 59 sekon. Sedangkan untuk gelombang ketiga puncak gelombangnya mencapai 50 dan lembah gelombangnya merncapai 30 dengan waktu 6,29 sekon. Selain itu untuk kecepatan anginnya mencapai 0,6 mph ,dan arah anginnya menuju keutara, serata pasang tertinggginya mencapai 16 meter. Kemudian pengukuran kedua yang dilakukan pada jam 12.14 wita , dengan jarak penguakuaran 10 meter . Pada pengukuran pertama dengan gelombang pertama pada puncak gelombangnya mencapai 60 dan lembah gelombangnya mencapai 40 dengan waktu 6,82 sekon. Kemudian pada gelombang kedua dengan puncak gelombangnya yaitu mencapai 50 dan lembah gelombangnya mencapai 38 dengan waktu 4,11 sekon. Sedangkan untuk gelombang ketiga puncak gelombangnya mencapai 60 dan lembah gelombangnya mencapai 45 dengan waktu 3,98 sekon. Kemudian untuk kecepatan anginnya mencapai 4,7 mph,dengan arah anginmenuju arah utara ,serta pasang tertingginya mencapai 18 meter.
Setelah itu pada pengukuran ketiga yang dilakukan pada jam 13.14 wita, pada gelombang pertama puncak gelombangnya mencapai 40 dan lembah gelombanngnya mencapai 30 dengan waktu 5,95 sekon. Kemudian untuk gelombang kedua puncak gelombanngnya mencapai 50 dan lembah gelombangnya mencapai 35 dengan waktu 5,43 sekon. Sedangkan untuk gelombang ketiga puncak gelombangnya mencapai 40 dan lembah gelombangnya mencapai 30 dengan waktu 4,62 sekon. Kemudian kecepatan anginnya mencapai 1,3 mph dengan arah angin menuju arah utara serta pasang tertingginya mencapai 18,20 meter. Jadi kecepatan gelombangan setian waktu mengalami perubahan yang berbeda-beda.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas ,maka dapat disimpulkan bahwa gelombang yang ada dilautan setiap waktu mengalami perubahan atau tidak menetap. Disamping itu perubang gelombang tertinggi dapat dipicu dengan bantuan angin. Selain itu kecepatan angin yang ada dilautan pada percobaan peertama saja anginnya sangat kuat bisa diakatan anggin spoi-spoi.







ACARA V
PASANG SURUT
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mapu mengukur pasang surut air laut
II.      Alat dan Bahan
a.    Alat pertukangan ( palu, kayu )
b.    Bambu seperlunya
c.    Karung beras plastik
d.   Palem pasut yaitu papan kayu yang panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm.
e.    Papan kayu 15 cm dan panjang 3 meter.
f.     Tali nylon
III.   Prosedur Kerja
a.    Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Tide Pole yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana yang berupa papan dengan tebal 1-2 inci dan lebart 4-5 inci.
b.    Pemasangan Tide Pole ini harus dilakukan pada kondisi muka air terendah ( lowest water ) skalnya nol masih terendam air , dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi ( highest water).
c.    Dengan demikian maka tinggi rendanya muka air laut dapat diketahu, dan kita bisa melakukan pengamatan secara langsung , serta bisa mengetahui pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu.
d.   Lokasi pemasangan palem harus berada pada lokasi yang aman
e.    Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut
f.     Mencatat data pasut dilakukan dengan
1.    Pengamatan tinggi air dilaksanakan setiap 30 menit sekali dengan menggunakan palem
2.    Pencatatan data pasut dilakukan dengan membaca ketinggian permiukaan air yang ditunjukan oleh skala palem.
3.    Dilakukan pada malam hari , hendaknya diterangi menggunakan senter.
IV.   Kajian Teori
Gelombang-gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan pasang surut, dan karakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran/flow ( atau flood ), sedangan pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan lairan pada pasang surut juga biasa digunakan untuk arus-arus pasang itu sendiri (pasang flood lebih sering digunakan dari pada aliran flow). Dari awal mula diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan bulan. 
Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu-waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan ( tapi tidak tepat sekali ) dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan pristiwa pasang surut menghasilkan pola-pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya-gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan cepat , walaupun respon lautan atas gaya-gaya ini di modifikasi oleh efek-efek permanen topografi dan efek sementara dari pola-pola cuaca ( Dr. Agus Supangat, Pengantar Oseanografi.ITB).
Nilai tertinggi dan nilai terendah kedudukan pasang surut terjadi pada saat bulan purnama atau bulan baru, dimana pengaruh gaya tarik bulan dan matahari maksimal yaitu matahari dan bulan sama-sama melakukan gaya tarik menarik terbesar. Keadaan pasang surut tersebut disebut spring tide dan pasang surut yang terjadi pada saat bulan berada pada kuartir pertama dan terakhir disebut neap tide, pada waktu spring tide didapatkan tunggang air yang terbesar sedangkan pada neap tide didapatkan tunggang air yang terkecil (Ongkosongo dan Suyarso, 1989).
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a.    Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
b.    Pasang surut semi diurnal.  Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
c.    Pasang surut campuran.  Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
V.      Hasil dan Pembahasan
a.    Hasil pengamatan pasang surut
Waktu (WITA)
Ketinggian pasang surut air laut
11.05
40 cm
11.10
49 cm
11.15
54 cm
11.20
40 cm
11.25
45 cm
Tabel 1. Pengukuaran pasang surut



b.    Pembahasan
Berdasarkan dari data hassil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 5 yaitu mengenai tentang pasang surut air laut. Pada pengamatan pertama dilakukan pada jam 11.05 ketinggian pasang surut air lautnya mencapai 40 cm. Kemudian pada jam 11.10 ketinggian pasang surut air lautnya mencapai 49 cm. Setelah itu pada jam 11.15 ketinggian pasang surut air lautnya mencapai 54 cm. Sedangkan pada jam 11.20 ketinggian pasang surut air lautnya mencapai 40 cm. Kemudian untuk terakhir pda jam 11.25 ketinggian pasang surut air lautnya mencapai 45 cm. Jadi pasang tertinggi terjadi pada jam 11.15 , sedangkan pasang terendah terjadi pada jam 11.25. sedangkan untuk surut tertinggi terjadi pada jam 11.10 dan surut terendah terjadi pada jam 11.20.



VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat simpulkan bahwa pasang surut air laut setiap waktu mengalami perubahan sesuai dengan keadaan posisi bulan bumi dan matahari .



























ACARA VI
DERAJAT KEASAMAN (pH)
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mampu mengukur pH air laut
II.   Alat dan Bahan
a.    Kotak standart
b.    pH paper
c.    Air laut
III.   Prosedur Kerja
a.    Memasukan pH paper kedalam air sekitar beberapa cm
b.    Menunggu sampai beberapa saat , diangkat pH paper
c.    Mengkipas-kipaskan sampai setengah kering
d.   Kemudian mencocokkan perubahan warnanya dengan kontak stamndart pH.
IV.   Kajian Teori
Biasanya pH air larutan 7,6 - 8,3 dan terutama mengandung ion HCO3 pH tetap konstan yaitu 7,6-8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, seban adanya pengaruh temperature dan salinitas. Bila temperature naik atau tekanan naik maka proses dissosiasi itu berubah kantante disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun ( Brotowidjoyo,1999 ).
Konsentrasi ion zat air dalam air laut yang dinyatakan dengan ph adalah konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari kesetimbangan karbondioksida, asam karbonat, dan kesetimbangan bikarbonatkarbonat, efek penyanggaan dari partikel-partikel tanah liat yang halus dan lebih kurang ukurannya , asam borat, pada nilai ph yang lebih tinggi pengendapan kalsium atau kalsium karbonat dimudahkan ( Zottoli, 1983 ).
pH air laut umunya berkisar antara 7.6 – 8.3 dan berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga. Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi perairan lainya menyerap karbondioksida dari perairan selama proses fotosintesa berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Tetapi menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd, 1982).
V.      Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Pengamatan derajat keasaman air laut ( pH )
1. Air pesisir
Kertas lakmus merah berubah jadi biru ( low) basa lemah
Kertas lakmus biru tetaop
1.    Air dalam laut
Kertas lakmus merah tidak berubah ( netral )
Kertas lakmus biru tetap
b.    Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 6 yaitu mengenai tentang derajat keasaman atau pH air laut. Pada percobaan pertama yang kami lakukan pada air pesisir untuk mengetahui ph air lautnya yaitu menggunakan bantuan kertas lakmus. Di percobaan pertama dengan air pesisir ditaruh pada gelas aqua lalu dicelupkan kertas lakmus secara bersamaan dengan merah dan biru .Pada saat dicelupkan pada air pesisir yang berda digelas warna kertas lakmus pada warna merah berubah menjadi biru, tetapi tidak mengalami basa kuat melainkan mengalami basa lemah. Sedang untuk kertas biru tidak mengalami perubahan , tetap sesuai dengan kondisi warna sebelumnya. Kemudian pada percobaan kedua yang kami lakukan pada air pantai terlihat bahwa kertas lakmus yang dicelupkan kemudian dikeringkan dua-duanya tidak mengalami perubahan warna terap atau netral. Jadi pada air pantai ph nya netral dan pada air pesisir phnya berubah, jadi pada air pesisir dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang ada di air laut tersebut.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman air laut dapat ditentukan dengan menggunakan percobaan kertas lakmus. Ternyata setaelah dilakukan percobaan dejata keasamam air laut itu adalah netral.
ACARA VII
IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA LAUT
I.     Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi potensi sumber daya laut permasalahan diwilayah pesisir dan sekitarnya.
II.       Alat dan Bahan
a.    Lembar kerja
b.    Alat tulis menulis
c.    Kamera
III.    Prosedur Kerja
a.    Mengamati potensi dan permasalahan yang ada dilokasi praktikum
b.    Mencatat pada lembar kerja
c.    Memberi penjelasan solusi pada permasalah yang ada
IV.   Kajian Teori
Setiap tipologi wilyah kepesisira akan memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda dan khas. Hal ini tergantung pada asal proses pembentukannya, tenaga berpengaruh, materi penyusun, tingkat atau laju perkembangan , habitat,yang ada, dan pengaruh aktivitas manusia..
Potensi sumber daya laut dan wilayah kepesisiran oleh sebagian masyarakat telah dapat dimanfaatkan dengan baik, namun demikian masih banyak potensi sumber daya laut dan pesisir yang belum dikelola dengan baik. Pengelolaan wilayah pesisir yang baik sangat diperlukan untuk menuju kelestariaan lingkungan laut dan wilayah pesisir.
V.      Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Pengamatan identifikasi potensi sumber daya laut
Waktu                            : 11.25
Titik pengukuran           : 9,30 meter
Hari /tanggal                  : Selasa, 24 Desember 2013
Lokasi                            : Pantai Kurnai
Koordinat                      : N 00028’41,9’’
                                         S 123005’27,0’’
Ketinggian                     : 3 mdpl
1.    Biota laut
a)    Bulu babi
b)   Rumput laut
c)    Siput
d)   Bintang laut
e)    Teripang laut
f)    Ikan
g)   Terumbu karang
2.    Potensi sumber daya laut yaitu sebagai tempat wisata
3.    Permasalahannya yaitu sarana dan prasarana tidak memamdai, banyaknya sampah, dan sumber hayati yang belum terkelola dengan baik.
4.    Ukuran butir sedimen laut
a)    Pasir kasar diameter 0,5-1 mm dan jaraknya 4 meter
b)   Pasir halus diameter 0,125-0,25 mm dan jaraknya 6,40 meter
5.    Proses erosional
a)    Daerah terosi mencapai 100-200 meter
b)   Jenis erosi parit
c)    Perubahan garis pantai yaitu sedang
6.    Genesis pantai mengalami asal pembentukkan pantai akibat aktivitas laut (marine).
b.    Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 7 mengenai identifikasi potensi sumber daya laut. Pada praktikum ini pengamatan diakukan pada jam 11.25 wita, dengan jarak penggukuran 9,30 meter. Pengukuran dilakukan dilokasi pantai kurnai dengan titik koordinat N 00028’41,9’’ dan  S 123005’27,0’’ pada ketingggian 3 mdpl yang dilakukan pada hari selasa 24 desember 2013. Didalam praktikum ini kami mengamati biota yang ada ada dilautan seperti bulu babi, rumput laut, siput, bintang laut, tripang laut, ikan, dan terumbu karang. Sedangan untuk potensi sumber daya lautannya dijadikan sebagai tempat wisata atau rekreasi. Sedangkan untuk permasalahan yang terdapat yang terdapat pada daerah pantai tersebut adalah sarana dan prasarana yang ada dipantai tidak memadai, banyaknya sampah yang berserakkan,dan sumber hayati yang ada dilautan belum terkelola dengan baik.
Selain itu, ukuran butir yang ada pada sedimen laut tersebut dalam bentuk pasir kasar yang mempunyai diameter 0,5-1 mm dengan jarak 4 meter dari garis pantai, sedangkan pasir halus memiliki diameter 0,125-0,25 mm dengan jarak 6,40 dari daerah pesisir pantai. Sedangkan untuk proses erosi yang terjadi dipantai tersebut berkisar sekitar 100-200 meter, dengan jenis erosi parit,dan memilikinperubahan garis pantai sedang. Sedangkan untuk pembentukan pantainya merupakan bentukan marine.
VI.   Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat simpulkan bahwa potensi sumber daya laut yang ada dilautan dijadikan sebagai tempat wisata atau rekreasi. Selain itu, dilaut tersebut dijadikan tempat hidup oleh biota laut seperti bulu babi, rumput laut, siput, bintang laut, tripang laut, ikan, dan terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Yogyakarta : Liberty.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Univesitas Indonesia.
Nybakken, James w. 1985. Biologi Laut. Jakarta: Erlangga.
Team Teaching. 2013. Modul Praktikum Oseanogarafi. Labotarium Geografi. Universitas Negeri Gorontalo.



 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar