ACARA I
IDENTIFIKASI WILAYAH KEPESISIRAN
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mampu
mengidentifikasi keruangan wilayah kepesisiran.
b.
Mahasiswa mapu
mengenali bentang lahan diwilayah kepesisiran.
c.
Mahasiswa mampu
menentukan tipologi wilayah kepesisiran.
II.
Alat dan Bahan
a.
Peta Rupa Bumi
b.
Spidol
c.
Plastik
transparansi
d.
GPS
e.
Kertas
f.
Kompas
g.
Alat tulis menulis\
III.
Prosedur Kerja
a.
Mengidentifikasi
keruangan wilayah kepesisiran. Menentukan wilayah daratan, lautan, pesisir, ,
garis pantai , dan garis pesisir.
b.
Menentukan satuan
bentuk lahan yang terdapat pada lokasi praktikum dan mengidentifikasi bentuk
lahan yang ada ( Tombolo,Spit, dan lain-lain).
c.
Menentukan tipologi
pesisir dilokasi praktikum.Mengklasifikasikan wilayah berdasarkan pesisir
primer, pesisir sekunder, materi penyusun dan sudut lereng pantai.
IV.
Kajian Teori
Wilayah kepesisiran merupakan suatu ruang dimana
lingkungan terestrial mempengaruhi lingkungan marina tau lakustrin dan
sebaliknya ( Carter, 1998 ). Menurut Sugandhy ( 1996 ) wilayah kepesisiran
merupakan wilayah peralihan daratan dan perairan laut yang secara fisiografis
didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga kearah daratan yang
masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut serta dibentuk oleh endapan
lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang materinya berupa krikil.
Termasuk wilayah kepesisiran adalah pantai ( shore ) dan
pesisir ( coast ) pantai merupakan suatu mintakat antara daratan dan laut yang
dibatasi oleh ratat-rata garis surut terendah, yang disebut dengan garis pantai
( shoreline ) dengan rata-rata garis pasang tertinggi airb laut, yang disebut
dengan garis pesisir ( coast line ). Pesisir merupakan suatu mintakat yang
dimulai dari garis pesisir yang menunjukan rata-rata garis tertinggi kearah
daratan sampai pada suatu mintakat yang secara genetik pembentuknya masih
dipengaruhi oleh aktivitas marine, yang biasanya bentang lahan terakhi berupa
daratan aluvial kepesisiran ( coastral alluvial plain ). Bentuk lahan (
landform ) yang mungkin dijumpai diwilayah yaitu satuan bentuk lahan asal
proses gelombang ( marine ) dan satuan bentuk lahan asal proses angin.
V.
Hasil dan Pembahasan
a.
Hasil pengamatan
identifikasi wilayah kepesisiran
Waktu : 11.25 wita
Titik pengukuran : 9,30 meter
Hari /tanggal : Selasa, 24 Desember 2013
Koordinat : N 00028’41,9’’
S 123005’27,0’’
Ketinggian :
3 mdpl
Bentuk lahan :
Asal marine
Materi penyusun :
Aktivitas marine
Sudut lereng :
Curam
b. Pembahsan
Berdasarkan dari
data hasil pengamatan yang kami lakukan pada praktikum acara 1 yaitu mengenai
indentifikai daerah kepesisiran. Pada praktikum ini kami mulai pada jam 11.25
wita yaitu dengan titik pengukuran 9,30 meter. Sedangkan untuk koordinat
pantainya kami dapatkan denagn arah N 00028’41,9’’dan S 123005’27,0’’dengan
titik ketinggian 3 mdpl. Selain itu asal pembentukan pantainya yaitu dari sal
marine, dan materi penyusun terbentuknya pantai tersebut adalah akvitas marine.
Sedangkan untul sudut lereng yang terdapat disekitar pantai tersebut sangat
curam.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat
simpulkan bahwa daerah pesisir pantai tersebut terbentuk dari aktivitas marine
dan bentuk lahan pantai tersebut merupakan bentuk lahan marine. Pada pantai
tersebut memiliki sudut lereng yang sangat curam.
ACARA II
SUHU/TEMPERATUR
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mapu
mengukur suhu air laut.
II.
Alat dan Bahan
a.
Termometer
b.
Stopwatch
c.
Alat tulis menulis
III.
Prosedur Kerja
a.
Mengukur suhu air
laut dengan menggunakan termometer
b.
Pengukuran
dilakukan setiap 15 menit
c.
Pengukuran
dilkaukan pada permukaan dan bawah permukaan air laut.
d.
Mencatat pada
lembar kerja.
IV.
Kajian Teori
Suhu air laut adalah salah satu faktor yang amat penting
bagi kehidupan organisme dilautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme lautan, maupun perkembangan biakan dari organisme-organisme
tersebut.oleh karena itutidaklah mengherankan jika banyak dijumpai
bermacam-macam, jenis hewan yang terdapat diberbagai tepat didunia. Sebagai
contoh binatang karang dimanan penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang
hangat yang terdapat didaerah tropik dan subtropik (Hutabarat,2008).
Suhu adalah ukuran
energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara
vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme organisme
biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali
burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya
suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan
penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan,
dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim
sedang-panas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).
V.
Hasil dan Pembahasan
a.
Hasil Pengamatan
1.
Menggunakan
Termometer Laser untuk suhu air laut
a.
Waktu : 11.04
Suhu : 31,60c
b.
Waktu : 12.02
Suhu : 320c
c.
Waktu : 13.14
Suhu : 32,20c
b.
Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan
pada praktikum acara 2 yaitu mengenai suhu atau temperature air laut. Pada
pengukuran suhu pertama pada permukaan air laut, dengan menggunakan bantuan
alat termometer lazer terlihat bahwa suhu air laut diatas permukaan pada jam
11.04 wita suhunya mencapai 31,6 derajat celsius. Kemudian pada jam 12.02 wita
suhu air laut diatas permukaan mencapai 32 derajat celcius. Sedangkan pada jam
13.14 wita suhu air laut diatas permukaan mencapai 32,2 derajat celcius. Jadi
setiap waktu suhu air laut mengalami perubahan suhu yang berbeda-beda atau
menetap.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa suhu air laut diatas permukaan mengalami perbedaan suhu yang
berbeda pada waktu berbeda pula.
ACARA III
ARUS
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mampu
mengukur kecepatan arus air laut.
II.
Alat dan Bahan
a.
Float Tracking
b.
GPS
c.
Topdal
d.
Stopwatch
e.
Anemometer
f.
Rool meter
III.
Prosedur Kerja
a.
Mempersiapkan
alatbFloat Tracking
b.
Melepaskan alat
Float Tracking kelauk dengan jarak 15 meter dari pinggir pantai
c.
Mencatat posisi
waktu pelepasan dengan GPS. Membiarkan Float Tracking hanyut mengikuti arus.
Setelah rentang waktu 5 menit , mencatat kembali posisi float tracking dengan
GPS.
d.
Mencatat semua
kondisi local seperti cuaca ( hujan,cerah) dan kondisi banjir, noraml atau
musim kemarau, laut dalam kondisi pasang surut.
e.
Bilamana terjadi
floating tracking berhenti karean pembebanan mengenai dasar laut. Maka float
tracking dapt dipindahkan kembali keposisi pencatatan terakhir. Kemudian float
tracking dilepas kembali.
f.
Demikian seterusnya
hingga float tracking berhenti.
g.
Mencatat hasil
pengamatan
IV.
Kajian Teori
Arus adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari
satu tempat ketempat yang lain. Arus dipermukaan laut terutama disebabkan oleh
tiupan angin, sedangkan untuk arus dikedalaman laut disebabkan oleh perbedaan
densitas massa air laut . selain itu, arus dipermukaan laut dapat juga
disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus alaut dapat
terjadi disamudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents ),
maupun yang terjadi diperairan pesisir ( coastal currents ).
Arus laut (sea
current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik
secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke
samping).Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke
kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.Gaya
ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada
belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi
selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis
dikenal dengan spiral ekman (ilmukelautan, 2012).
Arus air laut juga
dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun
horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut. Adanya perbedaan suhu masa
air dan terjadinya pembuyaran arus permukaan (divergensi) menyebabkan
terjadinya upwelling dan sebaliknya, convergensi atau pemusatan arus
permukaan menyebabkan terjadinya downwelling atau bisa dikatakan tenggelamnya
masa air permukaan (Nybakken, 1992).
V.
Hasil dan Pembahasan
a.
Hasil pengamatan
pengukuran arus laut
1.
Bola 1
Arah : Timur
Waktu
: 4 menit 40 detik
Jarak : 15 meter
2.
Bola 2
Arah : Timur
Waktu
: 5 menit 37 detik
Jarak : 15 meter
3.
Bola 3
Arah : Timur
Waktu
: 7 menit 17 detik
Jarak : 15 meter
4.
Pengukuran
kecepatan angin
a.
Waktu : 11.40
Kecepatan
angin maksimal : 7,2 mph dalam waktu 15 detik
Kecepatan
angin minimal : 4,0 mph dalam waktu 15
detik
b.
Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan pada praktikum
acara 3 yaitu mengenai arus laut. Pada percobaan pertama menggunakan bola 1
kecepatan arusnya mencapai 4 menit 40 detik dengan jarak mulai pelemparan bola
yaitu 15 meter ,serta arah kecepatannya arus menuju arah timur. Kemudian pada
percobaan kedua dengan menggunakan bola 2 kecepatan arusnya mencapai 5 menit 37
detik, dengan jarak pelembaran bola yitu 15 meter, serta arah kecepatannya
menuju arah timur. Sedangkan untuk percobaan 3 dengan menggunakan bola 3
kecepatan arus lautnya mencapai 7 menit 17 detik , dengan jarak pelemparan bola
15 meter , serta arah kecepatannya mencapai rah timur. Kemudian pada pengukuran
arah kecepatan angin pada jam 11.40 wita kecepatan maksimal anginnya mencapai
7,2 mph dan kecepatan minimumnya mencapai 4,0 dalam waktu 15 detik. Jadi
kecepatan arus laut yang dibantu dengan angin sangat cepat sekali dan mengalami
perubahan kecepatan yang berbeda-beda.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kecepatan arus laut yang dibantu oleh angin mengalami
kecepatan yang berbeda-beda. Dilihat pada beberapa percobaan yang dilakukan ,
ternyata kevcepatan arusnya setiap kali percobaan mengalami kecepatan arus yang
berbeeda beda tidak menetap.
ACARA IV
GELOMBANG
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mampu
mengukur gelombang ( tinggi gelombang, panjang gelombang, periode gelombang ).
II.
Alat dan Bahan
a.
Alat pertukangan
(palu, kayu)
b.
Bambu seperlunya
c.
Karung beras
plastik
d.
Kompas dan
Stopwatch
III.
Prosedur Kerja
a.
Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan Wave Pole, yaitu papan kayu dengan panjang 4
meter, lebar 15 cm, dan tebal 3 cm yang berskalab tiap 20 cm.
b.
Pengukuran tinggi
gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah
c.
Perhitungan periode
gelombang dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
d.
Mencatat waktu
gelombang
IV.
Kajian Teori
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan
arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin diatas lautan mentransfer energinya
keperairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang
kita sebut sebagai gelombang. Gelombang /ombak yang terjadi dilautan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya.
Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin ), gaya
tarik menarik bumi-bulan-matahari ( gelombang pasang surut ), gempa (vulkanik
atau tektonik ) didasar laut ( gelombang tsunami ), ataupun gelompang yang
disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan
dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut ( pasut ).
Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada
banguna-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan
mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai ( cross-shore )
dan sejajar pantai ( longshore). Pada perencanaan teknis bidang teknik pantai,
gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan menyebabkan
gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang air laut
terjadi karena adanya alih energi dari angin ke permukaan laut atau disebabkan
oleh gempa di dasar laut. Gelombang merambat ke segala arah membawa energinya
yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan
gelombang dapat mencapai ribuan kilometer sampai mencapai pantai. Gelombang
yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan dan akan memusat jika mendekati
semenanjung atau menyebar jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan
dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua
fenomena yang terjadi pada gelombang disebabkan oleh topografi dasar laut
(Nybakken, 1992).
V. Hasil dan
Pembahasan
a.
Hasil Pengamatan
pengukuran gelombang
1.
Pengukuran 1
Gelombang
|
Puncak
|
Lembah
|
Waktu
|
1
|
40
|
27
|
4,27 sekon
|
2
|
60
|
35
|
6,59 sekon
|
3
|
50
|
30
|
6,29 sekon
|
Tabel 1. Pengukuran gelombang 1.
Kecepatan angin 0,6
mph (spoi)
Arah angin utara
Pasang tertinggi 16
m
2.
Pengukuran 2
Gelombang
|
Puncak
|
Lembah
|
Waktu
|
1
|
60
|
40
|
6,82 sekon
|
2
|
50
|
38
|
4,11 sekon
|
3
|
60
|
45
|
3,98 sekon
|
Tabel 2. Pengukuran gelombang 2.
Kecepatan angin 4,7
mph (lemah)
Arah angin utara
Pasang tertinggi 18
m
3.
Pengukuran
gelombang 3
Gelombang
|
Puncak
|
Lembah
|
Waktu
|
1
|
40
|
30
|
5,95 sekon
|
2
|
50
|
35
|
5,43 sekon
|
3
|
40
|
35
|
4,62 sekon
|
Tabel 3. Pengukuran gelombang 3.
Kecepatan angin 1,3
mph (sangat lemah)
Arah angin utara
Pasang tertinggi
18,20 m
b.
Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan
pada praktikum acara 4 yaitu mengenai gelombang air laut. Pada pengukuran
pertama dilkakukan pada jam 11.14 wita dengan jarak pengukuran 10 meter dari
permukaan air laut. Pda pengukuran pertama dengan gelombang pertama yaitu
dengan puncak gelombang mencapai 40, dan lembanhnya mencapai 27 dengan waktu
4,27 sekaon. Kemudian untuk gelombang kedua dengan puncak gelombangnya mencapai
60 dan lembah gelombangnya mencapai 35, dengan waktu 6, 59 sekon. Sedangkan
untuk gelombang ketiga puncak gelombangnya mencapai 50 dan lembah gelombangnya
merncapai 30 dengan waktu 6,29 sekon. Selain itu untuk kecepatan anginnya
mencapai 0,6 mph ,dan arah anginnya menuju keutara, serata pasang tertinggginya
mencapai 16 meter. Kemudian pengukuran kedua yang dilakukan pada jam 12.14 wita
, dengan jarak penguakuaran 10 meter . Pada pengukuran pertama dengan gelombang
pertama pada puncak gelombangnya mencapai 60 dan lembah gelombangnya mencapai
40 dengan waktu 6,82 sekon. Kemudian pada gelombang kedua dengan puncak
gelombangnya yaitu mencapai 50 dan lembah gelombangnya mencapai 38 dengan waktu
4,11 sekon. Sedangkan untuk gelombang ketiga puncak gelombangnya mencapai 60
dan lembah gelombangnya mencapai 45 dengan waktu 3,98 sekon. Kemudian untuk
kecepatan anginnya mencapai 4,7 mph,dengan arah anginmenuju arah utara ,serta
pasang tertingginya mencapai 18 meter.
Setelah itu pada pengukuran ketiga yang dilakukan pada
jam 13.14 wita, pada gelombang pertama puncak gelombangnya mencapai 40 dan
lembah gelombanngnya mencapai 30 dengan waktu 5,95 sekon. Kemudian untuk
gelombang kedua puncak gelombanngnya mencapai 50 dan lembah gelombangnya
mencapai 35 dengan waktu 5,43 sekon. Sedangkan untuk gelombang ketiga puncak
gelombangnya mencapai 40 dan lembah gelombangnya mencapai 30 dengan waktu 4,62
sekon. Kemudian kecepatan anginnya mencapai 1,3 mph dengan arah angin menuju
arah utara serta pasang tertingginya mencapai 18,20 meter. Jadi kecepatan
gelombangan setian waktu mengalami perubahan yang berbeda-beda.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas ,maka dapat
disimpulkan bahwa gelombang yang ada dilautan setiap waktu mengalami perubahan
atau tidak menetap. Disamping itu perubang gelombang tertinggi dapat dipicu
dengan bantuan angin. Selain itu kecepatan angin yang ada dilautan pada
percobaan peertama saja anginnya sangat kuat bisa diakatan anggin spoi-spoi.
ACARA V
PASANG SURUT
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mapu
mengukur pasang surut air laut
II.
Alat dan Bahan
a.
Alat pertukangan (
palu, kayu )
b.
Bambu seperlunya
c.
Karung beras
plastik
d.
Palem pasut yaitu
papan kayu yang panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap
20 cm.
e.
Papan kayu 15 cm
dan panjang 3 meter.
f.
Tali nylon
III.
Prosedur Kerja
a.
Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat Tide Pole yang merupakan alat pengukur pasut
yang paling sederhana yang berupa papan dengan tebal 1-2 inci dan lebart 4-5
inci.
b.
Pemasangan Tide
Pole ini harus dilakukan pada kondisi muka air terendah ( lowest water )
skalnya nol masih terendam air , dan saat pasang tertinggi skala terbesar
haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi ( highest water).
c.
Dengan demikian
maka tinggi rendanya muka air laut dapat diketahu, dan kita bisa melakukan
pengamatan secara langsung , serta bisa mengetahui pasang surut pada suatu
daerah pada waktu tertentu.
d.
Lokasi pemasangan
palem harus berada pada lokasi yang aman
e.
Tempat tersebut
tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut
f.
Mencatat data pasut
dilakukan dengan
1.
Pengamatan tinggi
air dilaksanakan setiap 30 menit sekali dengan menggunakan palem
2.
Pencatatan data
pasut dilakukan dengan membaca ketinggian permiukaan air yang ditunjukan oleh
skala palem.
3.
Dilakukan pada
malam hari , hendaknya diterangi menggunakan senter.
IV.
Kajian Teori
Gelombang-gelombang laut yang paling panjang adalah yang
berhubungan dengan pasang surut, dan karakterisasi oleh naik dan turunnya
permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya
disebut sebagai aliran/flow ( atau flood ), sedangan pasang turun dinamakan
(ebb). Istilah surut dan lairan pada pasang surut juga biasa digunakan untuk
arus-arus pasang itu sendiri (pasang flood lebih sering digunakan dari pada
aliran flow). Dari awal mula diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut
dengan matahari dan bulan.
Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan
purnama atau baru, dan waktu-waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi
tertentu dapat diperkirakan ( tapi tidak tepat sekali ) dihubungkan dengan
posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup
rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan pristiwa pasang surut
menghasilkan pola-pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya-gaya
yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan cepat , walaupun
respon lautan atas gaya-gaya ini di modifikasi oleh efek-efek permanen
topografi dan efek sementara dari pola-pola cuaca ( Dr. Agus Supangat,
Pengantar Oseanografi.ITB).
Nilai tertinggi dan
nilai terendah kedudukan pasang surut terjadi pada saat bulan purnama atau
bulan baru, dimana pengaruh gaya tarik bulan dan matahari maksimal yaitu
matahari dan bulan sama-sama melakukan gaya tarik menarik terbesar. Keadaan
pasang surut tersebut disebut spring tide dan pasang surut yang terjadi pada
saat bulan berada pada kuartir pertama dan terakhir disebut neap tide, pada
waktu spring tide didapatkan tunggang air yang terbesar sedangkan pada neap
tide didapatkan tunggang air yang terkecil (Ongkosongo dan Suyarso, 1989).
Perairan laut
memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga
terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers
(1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a.
Pasang surut diurnal.
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali
surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
b.
Pasang surut semi
diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut yang hampir sama tingginya.
c.
Pasang surut
campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
V.
Hasil dan Pembahasan
a.
Hasil pengamatan
pasang surut
Waktu (WITA)
|
Ketinggian
pasang surut air laut
|
11.05
|
40 cm
|
11.10
|
49 cm
|
11.15
|
54 cm
|
11.20
|
40 cm
|
11.25
|
45 cm
|
Tabel 1. Pengukuaran pasang surut
b.
Pembahasan
Berdasarkan dari data hassil pengamatan yang kami lakukan
pada praktikum acara 5 yaitu mengenai tentang pasang surut air laut. Pada
pengamatan pertama dilakukan pada jam 11.05 ketinggian pasang surut air lautnya
mencapai 40 cm. Kemudian pada jam 11.10 ketinggian pasang surut air lautnya
mencapai 49 cm. Setelah itu pada jam 11.15 ketinggian pasang surut air lautnya
mencapai 54 cm. Sedangkan pada jam 11.20 ketinggian pasang surut air lautnya
mencapai 40 cm. Kemudian untuk terakhir pda jam 11.25 ketinggian pasang surut
air lautnya mencapai 45 cm. Jadi pasang tertinggi terjadi pada jam 11.15 ,
sedangkan pasang terendah terjadi pada jam 11.25. sedangkan untuk surut
tertinggi terjadi pada jam 11.10 dan surut terendah terjadi pada jam 11.20.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat
simpulkan bahwa pasang surut air laut setiap waktu mengalami perubahan sesuai
dengan keadaan posisi bulan bumi dan matahari .
ACARA VI
DERAJAT
KEASAMAN (pH)
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mampu
mengukur pH air laut
II. Alat dan Bahan
a. Kotak standart
b. pH paper
c. Air laut
III.
Prosedur Kerja
a. Memasukan pH paper kedalam air sekitar beberapa cm
b. Menunggu sampai beberapa saat , diangkat pH paper
c. Mengkipas-kipaskan sampai setengah kering
d. Kemudian mencocokkan perubahan warnanya dengan kontak
stamndart pH.
IV.
Kajian Teori
Biasanya pH air larutan 7,6 - 8,3 dan terutama mengandung
ion HCO3 pH tetap konstan yaitu 7,6-8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai
jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, seban adanya
pengaruh temperature dan salinitas. Bila temperature naik atau tekanan naik
maka proses dissosiasi itu berubah kantante disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH
turun dan kadar oksigen juga turun ( Brotowidjoyo,1999 ).
Konsentrasi ion zat air dalam air laut yang dinyatakan
dengan ph adalah konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama
merupakan hasil dari kesetimbangan karbondioksida, asam karbonat, dan
kesetimbangan bikarbonatkarbonat, efek penyanggaan dari partikel-partikel tanah
liat yang halus dan lebih kurang ukurannya , asam borat, pada nilai ph yang
lebih tinggi pengendapan kalsium atau kalsium karbonat dimudahkan ( Zottoli,
1983 ).
pH air laut umunya
berkisar antara 7.6 – 8.3 dan berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH biasanya
dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga.
Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
karbondioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi
perairan lainya menyerap karbondioksida dari perairan selama proses fotosintesa
berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada
malam hari. Tetapi menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd,
1982).
V.
Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Pengamatan derajat keasaman air laut ( pH )
1. Air pesisir
Kertas lakmus merah berubah jadi biru ( low) basa lemah
Kertas lakmus biru tetaop
1.
Air dalam laut
Kertas lakmus merah tidak berubah ( netral )
Kertas lakmus biru tetap
b.
Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan
pada praktikum acara 6 yaitu mengenai tentang derajat keasaman atau pH air
laut. Pada percobaan pertama yang kami lakukan pada air pesisir untuk
mengetahui ph air lautnya yaitu menggunakan bantuan kertas lakmus. Di percobaan
pertama dengan air pesisir ditaruh pada gelas aqua lalu dicelupkan kertas
lakmus secara bersamaan dengan merah dan biru .Pada saat dicelupkan pada air
pesisir yang berda digelas warna kertas lakmus pada warna merah berubah menjadi
biru, tetapi tidak mengalami basa kuat melainkan mengalami basa lemah. Sedang
untuk kertas biru tidak mengalami perubahan , tetap sesuai dengan kondisi warna
sebelumnya. Kemudian pada percobaan kedua yang kami lakukan pada air pantai
terlihat bahwa kertas lakmus yang dicelupkan kemudian dikeringkan dua-duanya
tidak mengalami perubahan warna terap atau netral. Jadi pada air pantai ph nya
netral dan pada air pesisir phnya berubah, jadi pada air pesisir dipengaruhi
oleh aktivitas organisme yang ada di air laut tersebut.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman air laut dapat ditentukan dengan
menggunakan percobaan kertas lakmus. Ternyata setaelah dilakukan percobaan
dejata keasamam air laut itu adalah netral.
ACARA VII
IDENTIFIKASI
POTENSI SUMBER DAYA LAUT
I.
Tujuan Praktikum
a.
Mahasiswa mampu
mengidentifikasi potensi sumber daya laut permasalahan diwilayah pesisir dan
sekitarnya.
II.
Alat dan Bahan
a.
Lembar kerja
b.
Alat tulis menulis
c.
Kamera
III.
Prosedur Kerja
a.
Mengamati potensi
dan permasalahan yang ada dilokasi praktikum
b.
Mencatat pada
lembar kerja
c.
Memberi penjelasan
solusi pada permasalah yang ada
IV.
Kajian Teori
Setiap tipologi wilyah kepesisira akan memiliki potensi
dan permasalahan yang berbeda dan khas. Hal ini tergantung pada asal proses
pembentukannya, tenaga berpengaruh, materi penyusun, tingkat atau laju
perkembangan , habitat,yang ada, dan pengaruh aktivitas manusia..
Potensi sumber daya laut dan wilayah kepesisiran oleh
sebagian masyarakat telah dapat dimanfaatkan dengan baik, namun demikian masih banyak
potensi sumber daya laut dan pesisir yang belum dikelola dengan baik.
Pengelolaan wilayah pesisir yang baik sangat diperlukan untuk menuju
kelestariaan lingkungan laut dan wilayah pesisir.
V.
Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Pengamatan identifikasi potensi sumber daya laut
Waktu : 11.25
Titik pengukuran :
9,30 meter
Hari /tanggal : Selasa, 24 Desember 2013
Lokasi : Pantai Kurnai
Koordinat : N 00028’41,9’’
S 123005’27,0’’
Ketinggian : 3 mdpl
1. Biota laut
a) Bulu babi
b) Rumput laut
c) Siput
d) Bintang laut
e) Teripang laut
f) Ikan
g) Terumbu karang
2. Potensi sumber daya laut yaitu sebagai tempat wisata
3. Permasalahannya yaitu sarana dan prasarana tidak
memamdai, banyaknya sampah, dan sumber hayati yang belum terkelola dengan baik.
4. Ukuran butir sedimen laut
a) Pasir kasar diameter 0,5-1 mm dan jaraknya 4 meter
b) Pasir halus diameter 0,125-0,25 mm dan jaraknya 6,40
meter
5. Proses erosional
a) Daerah terosi mencapai 100-200 meter
b) Jenis erosi parit
c) Perubahan garis pantai yaitu sedang
6. Genesis pantai mengalami asal pembentukkan pantai akibat
aktivitas laut (marine).
b. Pembahasan
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang kami lakukan
pada praktikum acara 7 mengenai identifikasi potensi sumber daya laut. Pada
praktikum ini pengamatan diakukan pada jam 11.25 wita, dengan jarak penggukuran
9,30 meter. Pengukuran dilakukan dilokasi pantai kurnai dengan titik koordinat
N 00028’41,9’’ dan S 123005’27,0’’
pada ketingggian 3 mdpl yang dilakukan pada hari selasa 24 desember 2013.
Didalam praktikum ini kami mengamati biota yang ada ada dilautan seperti bulu
babi, rumput laut, siput, bintang laut, tripang laut, ikan, dan terumbu karang.
Sedangan untuk potensi sumber daya lautannya dijadikan sebagai tempat wisata
atau rekreasi. Sedangkan untuk permasalahan yang terdapat yang terdapat pada
daerah pantai tersebut adalah sarana dan prasarana yang ada dipantai tidak
memadai, banyaknya sampah yang berserakkan,dan sumber hayati yang ada dilautan
belum terkelola dengan baik.
Selain itu, ukuran butir yang ada pada sedimen laut
tersebut dalam bentuk pasir kasar yang mempunyai diameter 0,5-1 mm dengan jarak
4 meter dari garis pantai, sedangkan pasir halus memiliki diameter 0,125-0,25
mm dengan jarak 6,40 dari daerah pesisir pantai. Sedangkan untuk proses erosi
yang terjadi dipantai tersebut berkisar sekitar 100-200 meter, dengan jenis
erosi parit,dan memilikinperubahan garis pantai sedang. Sedangkan untuk
pembentukan pantainya merupakan bentukan marine.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan
diatas maka dapat simpulkan bahwa potensi sumber daya laut yang ada dilautan
dijadikan sebagai tempat wisata atau rekreasi. Selain itu, dilaut tersebut
dijadikan tempat hidup oleh biota laut seperti bulu babi, rumput laut, siput,
bintang laut, tripang laut, ikan, dan terumbu karang.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, M. D., Dj.
Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar
Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Yogyakarta : Liberty.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M.
Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Univesitas Indonesia.
Nybakken, James w.
1985. Biologi Laut. Jakarta: Erlangga.
Team Teaching. 2013. Modul
Praktikum Oseanogarafi. Labotarium Geografi. Universitas Negeri
Gorontalo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar